Petani Sulsel Makin Produktif Berkat Modernisasi Irigasi D.I. Saddang
Jakarta – Kementerian Profesi Lazim dan Perumahan Rakyat (PUPR) terus memodernisasi sejumlah Tempat Irigasi (DI) demi menggenjot produksi slot online pangan. Salah satunya yaitu Tempat Irigasi (D.I.) Saddang yaitu tempat irigasi terbesar di Sulawesi Selatan.
Luas D.I. Saddang menempuh 60.300 hektare dan meliputi hingga ke tiga kabupaten, yaitu Pinrang (42.931 hektare), Sidrap (15.195 hektare), dan Wajo (2.174 hektare). Tempat irigasi ini tidak cuma menjadi andalan Sulsel dalam menghasilkan ketahanan pangan, melainkan juga bagi Indonesia.
Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang (BBWS Pomjen) Suryadarma Hasyim mengatakan salah satu tujuan utama dari modernisasi irigasi di Saddang yaitu koreksi jasmaniah pada saluran irigasi, bendung, dan bangunan-bangunan penyokongnya.
“Ini untuk meningkatkan efisiensi pengaliran air dan menentukan distribusi yang lebih merata,” kata Suryadarma.
Pihaknya juga memasang alat monitoring atau telemetri yang bertujuan untuk mengoptimalkan penggunaan air. Melewati alat ini, keandalan data real-time, real-losses, dan real-allocation air irigasi dapat didapatkan.
“Dengan hal-hal ini, kita dapat menjaga air agar dapat dimanfaatkan secara maksimal hingga ke kawasan terujung,” ujar Suryadarma.
Kementerian PUPR berkeinginan angka produksi padi dapat meningkat seiring eksistensi D.I. Saddang. Dikala program ini dimulai pada 2019 lalu, produksi padi di kawasan tempat irigasi menempuh 643 ribu ton.
Modernisasi yang dilaksanakan di D.I. Saddang mendapatkan sambutan hangat dari masyarakat penerima manfaat. Suryadarma mengatakan hal ini tidak lepas dari program yang memang dirancang berbasis partisipatif via Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A).
Mereka dilibatkan sejak perencanaan hingga evaluasi. Suryadarma menjelaskan hal ini tidak terlepas dari adat istiadat masyarakat setempat yaitu tudang sipulung (duduk bersama) untuk mengatasi situasi sulit bersama-sama.
Salah satu petani yang merasakan manfaat modernisasi D.I.Saddang yaitu Sulaiman. Petani asal Desa Mattombong, Kecamatan Mattiro Sompe, Kabupaten Pinrang. Sulaiman yang telah bertani sejak 2005 ini baru merasakan kenyamanan ketika kontribusi Strategic Irrigation Modernization and Urgent Rehabilitation Project (SIMURP) atau modernisasi telah terasa.
Sebelumnya, para petani lebih banyak bertumpu pada air hujan sebab situasi saluran irigasi yang ada belum tepat. Sulaiman mengatakan, di masa lalu, tidak semua sawah di zonanya kedapatan air irigasi.
“Sawah di desa ini 520 hektar. Sebelum SIMURP, yang mendapatkan air paling tinggi cuma 200 hektar, yang 320 hektar, patut bergiliran. Bila musim kemarau malah dapat tidak mendapatkan air sama sekali,” kata Sulaiman.
Dampaknya|}, cekcok di tengah masyarakat acap kali terjadi sebab berebut air. Belum lagi tanggul yang ada acap kali bocor sehingga memunculkan prasangka di tengah masyarakat.
Tetapi, situasi berubah lebih baik usai modernisasi D.I. Saddang dilaksanakan sebab pembagian air menjadi lebih rata. Musim tanam petani juga bertambah dari sekali setahun menjadi dua kali dalam setahun.
“ istilah, mereka yang bertani di ujung saluran saja mendapatkan air yang baik. Apa lagi yang bertani di tengah atau awal saluran,” ujar Sulaiman.
Direktur Irigasi dan Rawa Ditjen SDA Kementerian PUPR, Ismail Widadi mengatakan pihaknya akan terus memodernisasi irigasi agar lebih efisien. Apalagi metode irigasi ini teah ada sejak zaman nenek moyang masyarakat Indonesia.